English (United Kingdom)Indonesian (ID)

Manusia ditengah Jagat Raya

Bumi rumah tempat tinggal

Bila kita berdiri dialam terbuka, ditengah sawah hijau membentang luas, didekat gemercik air kali bening yang tak pernah berhenti mengalir, dikelilingi bukit-bukit dan gunung-gunung berapi yang lerengnya diselimuti pepohonan hijau, diterpa angin sepoi menyegarkan, diatas kita mentari bersinar tidak begitu garang,langit biru terbentang sepanjang cakrawala, tidak bisa lain manusia mengagumi kebaikan alam yang menopang kehidupannya dibumi ini. Manusia menghuni bumi,alam yang telah jadi, yang setelah berproses jutaan tahun lamanya, sehingga cocok untuk dihuni mahluk manusia.dan mahluk-mahluk yang lain dan berbagai jenis tetumbuhan dan zat, yang amat berguna bagi penghuni alam dan alam itu sendiri.

Dimalam hari, terlebih disaat purnama, bulan,planet-planet dan jutaan bintang menghiasi langit biru cerah, menghanyutkan hati untuk membuka kasih bagi sesama, anak-anak bercanda ria dihalaman, yang muda mulai merasakan getaran kasih dan menapaki kehidupan bermasyarakat, kaum dewasa menikmati tanggungjawab kehidupan, letih kerja seharian sirna dalam bahagia bersama keluarga. Semuanya begitu indah, hidup tentram bahagia, sejahtera lahir batin.

Puji syukur Tuhan, hidup serasi dalam keluarga dan rukun di masyarakat, merupakan pegangan kuat untuk keseimbangan hidup.


Bencana alam

Adalah kehendak manusia untuk selalu hidup selamat, berkecukupan, aman dan damai dibumi ini.Tetapi, ada kalanya alam berulah, menimbulkan kepanikan, takut, kerugian ,bahkan korban.

Tanpa dinyana, tiba-tiba ada sentakan gempa, letusan gunung berapi, awan panas membara, banjir bandang, hujan angin mengamuk, kebakaran hutan, tsunami, bencana kekeringan, wabah penyakit dan hama tanaman menyebar ganas.Ada pula yang menyatakan bahwa gangguan terhadap manusia bisa datang dari mahluk-mahluk dimensi lain atau mahluk halus. Ini bisa terjadi, tetapi langka.

 Alam yang manis, tiba-tiba menjadi bengis, kejam, seakan mau meluluh lantakkan bumi dan kehidupan ini.


Jangan salahkan alam

Janganlah kita melemparkan kesalahan kepada alam, bila bencana alam yang tak terprediksi melanda.Semestinya kita tahu, bahwa alam”berulah” hanya kadang-kadang saja.Selebihnya dia memberikan kasih ,tempat tinggal, makanan minuman berlimpah, udara segar yang kita nikmati serba gratis!Tetapi pikiran dan perasaan kebanyakan manusia sudah terprogram, bahwa pemberian dari alam itu adalah sesuatu yang lumrah saja, bukannya yang harus dengan tulus disyukuri.Banyak orang yang tak menyadari bahwa sesungguhnya kita ini bagian dari alam, jadi tidak bisa hidup tanpa alam yang sudah terkondisi untuk mendukung kehidupan manusia didunia ini.Dari wahana alam inilah, manusia berkiprah secara konstruktif dan inovatif.Oleh karena itu, alam harus dijaga, dipelihara,dirawat dengan penuh rasa kasih dan tanggung jawab, seperti kita merawat diri kita sendiri.

 

 

 



Perobahan dan Rekonstruksi

Sejak awal terbentuknya alam semesta termasuk planet bumi, selalu terjadi perobahan. Gerak komponen alam semesta melahirkan berbagai hal untuk memenuhi kebutuhan alam disuatu saat.Alam semesta termasuk bumi dan segala pernik-perniknya selalu bergerak, selalu berobah, tidak pernah mandeg.

Peta bumi sekian juta yang lalu hanyalah terdiri dari satu buah daratan yang dikelilingi samudra, lalu menjadi dua benua, kemudian lempengan –lempengan dan kerak-keraknya bergerak dalam proses membangun diri, sehingga bumi menjadi berbentuk seperti sekarang ini. Oleh karena itu tidak tertutup kemungkinan, fase demi fase terjadi perubahan dibumi ini.

Seperti juga manusia sekali waktu menggeliat, bumi juga tidak selamanya berdiam diri.

Menurut legenda Jawa, dasar bumi stabil karena disangga seekor ular raksasa yang melingkar dikerak bumi lapis ketujuh, yang terdalam. SangHyang  Antaboga, demikian julukan raja ular tersebut, sekali waktu juga perlu menggerakkan bagian tubuhnya supaya tidak penat.

Pada waktu itulah dipermukaan bumi timbul gejolak, bisa berupa macam-macam yang disebut bencana alam.Saat itu, bumi sebenarnya tengah melakukan rekonstruksi, ini adalah gejala alam yang tidak pernah mandeg. Untuk mengurangi dampak yang tidak dikehendaki, iptek bisa didayagunakan dan yang lebih penting adalah kesadaran manusia untuk menjaga dan melestarikan bumi, dengan restu Sang Pencipta Jagat Raya.


Bencana terbesar

Kalau kita mau jujur menyimak data dari bencana yang terjadi, dengan begitu banyak korban nyawa dan harta, terlihat jelas bahwa kerugian karena bencana alam, tidak seberapa dibandingkan dengan bencana yang disebabkan karena ulah manusia.Ada mahluk manusia atau segelintir manusia yang mengumbar hawa nafsu, serakah atas kekuasaan, harta dan gebyar kehidupan duniawi, memaksakan kehendak. Sejarah telah merekam, perilaku dan emosi rendahan telah menelan banyak korban, keonaran,kerusuhan, perang lokal maupun perang dunia.Itulah malapetaka dahsyat karena kebodohan sekelompok manusia. Manusia yang secara kodrati adalah mahluk berbudaya, telah terlena dan meninggalkan sikap mulianya.Oleh karena itu, salurkan kemauan maupun nafsu, untuk hal-hal yang bermanfaat bagi sesama, bukannya untuk mencelakakan pihak lain.


Back to nature

Sesuai dengan hukum alam, semua orang ingin kehidupan yang lebih baik, lebih mapan, itu sah-sah saja. Hanya untuk mencapai itu, pakailah nalar.Pakailah cara-cara yang baik, benar, santun, tidak melanggar norma-norma tata pergaulan dan tidak boleh melanggar hukum yang berlaku. Yang jelas antara   lain : jangan merusak lingkungan, kesuburan tanah jangan dikorbankan, jangan babat hutan-hutan kita seenaknya. Dalam menambang hasil alam yang diperut bumi ,jaga keseimbangan lingkungan. Jaga kebersihan air, udara baik didesa maupun dikota.Jangan dirusak pantai, laut dan samudra kita, jangan dijadikan limbah berbagai macam racun dan sampah.Teknologi dan industri memang diakui memberi fasilitas kenyamanan hidup, tetapi pilihlah yang ramah lingkungan.Pakailah enerji yang tidak membahayakan eksistensi kehidupan semua umat.Kendalikan industri persenjataan yang mampu menjadi pemusnah masal, bahkan apabila tidak terkendali bisa menjadikan pemusnah planet bumi ini sendiri.

Kerukunan hidup didunia harus terus dijaga, kesadaran ditingkatkan, baik nalar, mental dan spiritual.

Melestarikan alam adalah dengan jalan terbaik yang disukai oleh alam sendiri, kita mesti dengan sadar kembali kepada alam,  back to nature! Sikap paling tepat bagi kita adalah memposisikan diri serasi dengan alam, mendayagunakan alam  ,sekaligus menjaga kelestariannya.

Alam selamat, manusia dan semua mahluk juga selamat, aman ,damai, sejahtera hidup dibumi nan indah menawan.


Sikap dan misi

Salah satu misi utama manusia didunia adalah melestarikan kehidupan didunia ini dan untuk itu dunia juga harus dijaga supaya tetap nyaman untuk ditinggali. Falsafah Kejawen menyebutnya Memayu Hayuning Bawono, tetap relevan sampai kini.

Selain misi manusia sebagai umat, setiap orang mempunyai misi masing-masing sebagai tugas dan kewajiban yang wajib diembannya dikehidupan dunia fisik ini.Seorang manusia sejati,seharusnya mengerti apa tugasnya, karena hal ini telah dia ketahui sebelum kelahirannya didunia ini Hanya saja,kebanyakan orang lupa akan jati diri dan misinya, karena terhapus oleh logika yang ditanamkan oleh para pengasuhnya sejak dia kecil.

Manusia terlahir didunia itu membawa tugas mulia, tidaklah sekadar supaya survive, asal bisa hidup saja..Dia telah dilengkapi dengan peringkat-peringkat yang super canggih, supaya hidupnya selamat dan berhasil melaksanakan misinya.Manusia merupakan kesatuan tak terpisahkan dari Raga,Pikiran dan Suksma atau istilah kerennya Body – Mind – Spirit.dan bila ini berfungsi dengan semestinya dan seimbang –balanced, maka manusia akan mrantasi gawe- melaksanakan tugas dengan sempurna sampai tuntas, baik untuk tugas keduniawian maupun dibidang spiritual.

Ada pendapat yang menyatakan bahwa “hitam putihnya” jagat ditentukan oleh perbuatan manusia,oleh karena itu jagat ini memerlukan manusia-manusia yang berhati baik, berbudi luhur, berani bertindak benar dan bermanfaat bagi sesama dan pelestarian alam ini.

Padahal sosok manusia itu kalau digambar dipeta dunia, besarnya tidak lebih besar dari sebuah titik.Pepatah Jawa mengatakan :Wong iku mung sagedhe tengu – Orang itu hanya sebesar kutu. Oleh karena itu kalau ada orang yang sombong nya keterlaluan, merasa paling pintar, paling hebat, pethakilan, orang seperti   ini ,tidak tahu diri,melanggar kodratnya sebagai manusia.

Kini, manusia harus kembali memenuhi panggilan nuraninya, kembali kepada kodratnya sebagai manusia sejati, yaitu suksma yang memakai raga kasar dan halus, dititahkan /diberi kesempatan oleh Gusti, Sang Pencipta Hidup, Tuhan untuk melakukan kiprah dengan menjalankan misi hidup didunia demi memperbaiki dan meningkatkan kehidupan manusia dibumi dan menjaga bumi, meningkatkan kesadaran jiwani demi terwujudnya kehidupan yang baik dan benar.Sejahtera, adil,makmur, kehidupan kita semua dibumi ini.

Semoga.


JagadKejawen,

Suryo S. Negoro