English (United Kingdom)Indonesian (ID)

Dunia makhluk halus ( di Jawa) ( 1 )

Esensi dari spiritualitas atau kebatinan adalah laku untuk mengetahui kasunyatan yaitu kenyataan sejati tentang kehidupan dijagat yang semuanya terjadi atas kehendak Gusti, Sang Pencipta Alam beserta segala isinya.

Untuk itu, seorang pencari ilmu sejati, harus mengenal kembali diri sejatinya untuk bisa mampu mengetahui rahasia kehidupan.Hal ini terjadi karena jalan kehidupan terlalu dibebani oleh kepentingan duniawi, sehingga mengabaikan unsur spiritualitas.

Pencari kebenaran sejati harus punya tekad dan keberanian menjalani laku spiritual untuk menemukan pencerahan jiwa, sehingga mencapai tataran “ Jumbuhing Kawulo Gusti” , hubungan serasi antara dirinya dengan Sang Pencipta.

Telah diuraikan di artikel sebelumnya bahwa manusia  adalah suksma yang memakai raga fisik dan eteris, jadi esensi manusia adalah “zat halus” yang dicipta Gusti, Tuhan untuk mengenakan “pakaian” fisik.Artinya manusia itu juga termasuk “bangsa halus”, jadi tidak perlu takut kepada makhluk halus apapun. Pengertian ini jangan dirubah menjadi : manusia adalah seonggok raga yang punya nyawa. Pemahaman seperti ini menyebabkan manusia terlalu mementingkan keperluan raga, bahkan memanjakannya dengan berbagai nafsu duniawi, sehingga manusia semakin menjauh dari pengertian hidup sejati yang tidak pernah terpisahkan dari Yang Membuat dan Memberi Hidup, yaitu Tuhan.

Telah pula kita uraikan bahwa setiap manusia yang menjalani kehidupan didunia,  mempunyai banyak saudara halus dan pengawal halus, yang telah ada sejak sebelum kelahirannya. Jadi setiap manusia dikitari oleh para pengawal yang tidak berbadan fisik, melainkan berbadan cahaya.


Penghuni dunia

Penghuni dunia , bumi ini adalah berbagai macam makhluk yang beraga fisik, seperti berbagai macam binatang yang hidup dipelbagai bagian bumi, baik di darat, di air, di negeri tropis ataupun di daerah dingin bahkan di kutub. Ada juga berbagai macam tetumbuhan dan pohon-pohonan. Selain itu juga manusia dari berbagai suku dan bangsa.

Itu adalah makhluk-makhluk dan tanaman yang punya ujud nyata dan kelihatan oleh mata normal. Telah kami jelaskan sebelumnya bahwa sebagai akibat kelahiran  manusia dibumi, dimana pengaruh logika sangat besar, maka ada dua kelompok manusia.

Pertama :  Sebagian terbesar saudara-saudara kita yang fungsi perangkat-perangkat batinnya seperti mata, rasa tidak diaktifkan.Maka yang dilihat atau disebut sebagai kenyataan adalah yang terlihat, yang ada ,yang bisa ditangkap perangkat-perangkat lahir panca indra. Itu bagus, perangkat raganya berfungsi baik, istilah umumnya : manusia normal.

Kedua :Ada saudara-saudara kita( mungkin jumlahnya relatif kecil) yang selain perangkat lahirnya berfungsi baik, perangkat batinnya juga berfungsi baik, selain punya mata normal yang mampu melihat jelas, mata batinnya atau ada yang menyebut mata ketiganya juga berfungsi sempurna. Demikian pula perangkat otaknya dan perasaannya.

Jadi pengertian kenyataan atau dunia nyata bagi kedua kelompok manusia itu menjadi berbeda.Sebagai spiritualis kita bisa mengerti bahwa saudara-saudara yang normal hanya melihat yang nyata, konkrit saja. Sedangkan bagi yang mata dan rasa batinnya berfungsi baik, mereka itu melihat yang kelihatan dan “yang tidak kelihatan”.


Makhluk halus di dunia( khususnya Jawa)

Pada kenyataannya dunia ini, khususnya Jawa ( ini dibicarakan sesuai pengalaman di Jawa, tempat tinggal kita), tidak hanya dihuni oleh bangsa manusia dan berbagai macam hewan.

Bumi, pulau Jawa selain dihuni manusia juga dihuni oleh ‘bangsa halus” yang berbagai macam pula.Mereka itu menempati dimensinya/alamnya masing-masing, meski semua itu ada di Jawa.

Untuk mempermudah pemahaman, bayangkan bahwa dunia atau Jawa ini adalah sebuah pesawat televisi.Kita bisa melihat siaran dari stasiun teve lain kalau kita rubah channelnya, kita setel tempat lain.

Jadi meskipun pada satu saat kita berada disatu tempat didunianya manusia, tetapi kalau kita switch channelnya dan kita pindah kesaluran lain, maka kita akan berada didimensi lain, di dunia lain.Hal ini bisa dilakukan oleh orang yang mampu atau kita “ ditarik” ke dunia lain oleh pihak lain yang perlu bantuan. Misalnya : Dalang wayang kulit dan seluruh rombongan yang diundang untuk melakukan pagelaran wayang kulit disuatu tempat di dimensi lain.Sesudah selesai pagelaran, mereka pulang dan kembali didunia manusia.

Seorang penyembuh yang dimintai bantuan untuk mengobati makhluk-makhluk halus lain dimensi supaya sembuh dari sakitnya. Penyembuhan bisa terjadi di dimensi lain, tetapi bisa juga bangsa halus itu yang berkunjung. Ini tentu disesuaikan melalui permufakatan kedua pihak.


Sekedar pengetahuan

Penguraian mengenai eksistensi makhluk halus ( terutama di Jawa), bukanlah dimaksudkan untuk memunculkan hal yang takhayul, ini hanya untuk menambah wawasan saja. Karena di masyarakat bertebaran dongeng, juga kini via media elektronik ,cerita-cerita yang menyeramkan yang menggambarkan kehidupan bangsa halus, tokoh-tokoh bangsa halus, kejahatannya dan lain sebagainya, yang menurut pihak-pihak yang paham, sebagian besar cerita itu memberikan gambaran yang keliru atau misleading.

Bangsa halus seperti juga bangsa manusia ada yang baik dan ada yang jahat watak dan perbuatannya.

Sebenarnya bagi spiritalis, orang-orang kebatinan yang dicari adalah kebenaran sejati, jalan yang mengagungkan dan menuju Tuhan . Sehingga pencari ilmu sejati semakin merasa dekat dan hubungannya serasi dengan Gusti, istilah kebatinan tradisionalnya : Jumbuhing Kawulo Gusti.

Untuk mencapai anugerah Tuhan yang berupa pencerahan jiwa itu tidak ringan lakunya, orang tua-tua kita bilang : Kudu wani pitukone! Ini hanya bisa dijalani oleh orang-orang yang punya tekad, berani menempuh jalan suci menuju kebenaran sejati. Dasar utamanya tentu pasrah total kepada Tuhan dengan berani bersikap hidup dan melakukan perbuatan yang baik dan benar. Perlu diingat bahwa bagi orang Kejawen, yang disembah lahir batin hanyalah Tuhan, kalau kepada pihak lain hanyalah menghormat. Mungkin ada yang bertanya, orang juga menyembah ratu. Perlu dijelaskan disini bahwa kata menyembah kepada ratu, maksudnya adalah untuk penghormatan, bukan untuk disembah seperti Tuhan.

Perlu diketahui bahwa usaha manusia untuk melakukan pendekatan kepada Tuhan dengan jalan spiritualitas, itu tidak ada kaitannya sama sekali dengan makhluk –makhluk halus. Masing-masing punya urusannya didunianya masing-masing. Manusia jelas punya urusan yang terus berkembang didunia manusia. Demikian pula bagi makhluk-makhluk halus yang hidup dalam komunitas- komunitasnya. Hanya saja dalam perjalanan spiritualnya, seorang manusia yang tengah mendalami pengetahuan kebatinan, bisa punya pengalaman ketemu dengan makhluk halus ( bisa juga tidak punya pengalaman seperti itu), setiap orang berbeda pengalamannya.

Seorang yang berjalan dijalan Ilahi, divine path, dia bisa mengatasi gangguan dari makhluk halus bila ada. Dia akan mengetahui berdasarkan pengalamannya sendiri, bahwa benar ada makhluk halus baik/ good spirits dan ada yang jahat/ bad spirits.


Bermacam dimensi kehidupan

Perlu diketahui bahwa pada dasarnya terdapat 2/dua golongan makhluk halus.

Pertama : Makhluk halus yang memang diciptakan Tuhan sebagai makhluk halus.

Kedua     : Makhluk halus yang berasal dari manusia yang telah meninggal.

Makhluk halus asli, mereka tinggal bersama bangsanya, di domainnya masing-masing. Ada beberapa golongan makhluk halus yang tinggal di dimensinya masing-masing. Mereka punya masyarakat yang teratur rapi, ada ratu/pemimpin, ada pegawai  dan penduduk biasa. Ada yang berkedudukan tinggi, ada yang rendah.

Kami akan mewancarai saudara spiritualis kami, R.M. Binaji, yang masih aktif bekerja sebagai Technician dan General Affairs disebuah pabrik, dia berumur sekitar 50-an tahun, yang sejak kecil punya rasa yang sensitif.Dia akan bertutur mengenai berbagai bangsa halus yang tinggal di Jawa, berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang bersifat pribadi, tetapi demi mengungkap kebenaran dia bersedia untuk sharing dengan JagadKejawen.( Sebenarnya bangsa halus juga ada dipelbagai belahan dunia, termasuk dinegeri-negeri maju di Eropah dan Amerika Serikat).

Bangsa halus di Jawa, terdiri dari :


1. Merkayangan
Kehidupan bangsa halus Merkayangan seperti kehidupan di dunia manusia, bedanya disaluran ini tidak ada sinar seterang matahari seperti didunianya manusia.

Bangsa Merkayangan, bentuk dan wajahnya seperti manusia. Mereka bekerja dan beraktivitas seperti bangsa manusia. Ada kantor-kantor, toko-toko, pasar, mobil-mobil bagus lalu lalang. Jual beli dengan uang seperti uang di dunia, ada berbagai merek rokok seperti disini.

Bangsa Merkayangan punya teknologi yang lebih maju dari manusia, kapal-kapal terbangnya canggih, ipteknya maju sekali, gedung-gedung pencakar langit mendominasi kehidupan kota yang modern.


2. Siluman
Bangsa siluman bertempat tinggal didaerah yang mengandung banyak air seperti di-danau-danau, laut, samudra dll.

Sistim kehidupan bermasyarakat mereka seperti di kerajaan kuno ,termasuk pangkat dan cara berpakaian.
Jadi , mereka punya ratu, patih, bangsawan, priyayi, pegawai biasa, prajurit, hamba sahaya dll. Tatacara kehidupan dan pergaulannya  seperti bangsawan jaman dulu, termasuk cara berpakaiannya, perhiasannya .

Mereka punya kraton, rumah-rumah joglo kuno yang luas untuk para bangsawan pejabat dengan kereta-kereta kudanya.Dalam jajaran keprajuritan, ketrampilan laga termasuk berbagai macam kesaktian masih dipraktekkan. Banyak warganya, terutama elite priyayinya  mempunyai pusaka-pusaka yang ampuh.

Kanjeng Ratu Kidul
Ratu dan kerajaan siluman yang terkenal menjadi cerita rakyat Jawa adalah Kanjeng Ratu Kidul , Ratu Laut Selatan, Segoro Kidul. Ratu legendaris, amat berkuasa dan sangat cantik yang tinggal di istananya di Laut Selatan dengan pintu gerbangnya di Parangkusumo. Kerajaan lautnya membentang disepanjang pesisir selatan Jawa. Namanya sebagai ratu adalah Prabu Kenconowungu. Di beberapa daerah dia mempunyai Adipati-adipati.

Kanjeng Ratu Kidul mempunyai seorang Patih kepercayaannya yang juga sangat cantik dan sakti, yaitu Nyai Roro Kidul. Kerajaan Laut Selatan masih melakukan upacara-upacara kerajaan dan ritual seperti layaknya sebuah kerajaan kuno.

Menurut cerita rakyat, sejak abad ke 16, telah terjadi perjanjian antara Kanjeng Ratu Kidul dengan Panembahan Senapati , raja pertama Kerajaan Mataran Kedua , bahwa Kanjeng Ratu Kidul akan selalu melindungi semua raja dan kerajaan Mataram. Pertemuan antara Panembahan Senapati dengan Kanjeng Ratu Kidul pada waktu itu adalah di Parangkusumo, pesisir Laut Selatan, termasuk wilayah Jogjakarta sekarang.

Sarpo Bongso
Dia adalah raja siluman, penguasa Rawa Pening, sebuah danau besar di dekat Ambarawa, antara Magelang dan Semarang, Jawa Tengah. Sarpo Bongso telah sejak jaman kuno menempati danau Rawa Pening beserta dengan kawulanya yang adalah bangsa siluman.Untuk diketahui bahwa Sarpo Bongso adalah siluman asli, dia diciptakan Sang Pencipta sebagai siluman.

Nyai Roro Kidul, patih kerajaan Laut Selatan adalah juga termasuk golongan siluman asli sejak ribuan tahun yang lalu.

Kanjeng Ratu Kidul bukanlah siluman asli, beberapa abad sebelumnya Kanjeng Ratu Kidul adalah seorang gusti putri dari sebuah kerajaan di Jawa.

Jadi menurut pemahaman Kejawen, beliau adalah suksma manusia bertataran tinggi, manusia yang ngratoni – menjadi ratu di dimensi kehidupan lain atas purbawisesa, perintah dari Gusti.

Di tanah Jawa ini ada beberapa suksma yang aslinya manusia menjadi Ratu/pemimpin di berbagai tempat di dimensi lain atas kehendak Gusti, Tuhan. Pada waktu hidup sebagai manusia mereka berilmu tinggi dan bijak.


3. Kajiman
Bangsa Kajiman atau yang biasa disebut jim oleh orang Jawa, mereka hidup bermasyarakat seperti layaknya masyarakat kerajaan dijaman kuno. Mereka punya ratu, priyayi dan rakyat biasa yang tinggal di rumah-rumah gaya kuno, sesuai dengan pangkat dan posisinya. Daerah tempat tinggalnya adalah dibukit-bukit batu yang panas.


4. Demit
Bangsa demit bertempat tinggal didaerah pegunungan yang hijau dan sejuk hawanya. Bentuk badan mereka seperti manusia tetapi lebih kecil dan pendek. Mereka hidup sederhana dirumah-rumah kayu dan bambu.


Selain masyarakat Merkayangan, Siluman, Kajiman dan Demit, masih ada 2/dua golongan masyarakat lagi, yaitu masyarakatnya  mereka yang jujur, baik hati, suci dan bijak. Secara detail belum boleh ( sampai saat ini) untuk diberitahukan.


Makhluk halus yang tak teratur

Jadi didunia ini,, khususnya Jawa  ada 7/tujuh dimensi kehidupan yang hidup dalam masyarakat yang sudah teratur, yaitu dimensi alam :1.Manusia 2. Merkayangan. 3. Siluman 4. Kajiman. 5 .Demit .6 dan 7, tempatnya makhluk yang baik dan bijak.

Alamnya manusia adalah berupa alam nyata yang bisa dilihat oleh mata biasa, dimensi yang lain disebut “dunia halus” atau ada yang bilang dunia gaib.

Selain dimensi /alam halus yang ditempati makhluk-makhluk halus yang bermasyarakat dan ada tatanan kehidupan yang teratur, masih ada eksistensi bangsa halus yang tidak bermasyarakat yang teratur. Mereka ini adalah bangsa halus atau ada yang menyebut wong alus yang berasal dari manusia yang salah jalan hidupnya, sehingga mereka tidak bisa kembali kealam mula-mula. Mereka “tersangkut” dibumi, tidak bisa lepas dari daya tarik bumi, karena selama hidupnya didunia telah nekad berbuat salah demi kehidupan keduniawian yang dirasanya enak. Mereka melanggar hukum kehidupan, melakukan kesalahan fatal dengan  melanggar paugeraning Pangeran, ketentuan Tuhan.

Orang yang berbuat salah tentulah mendapatkan hukuman, hukuman itu bisa dijalani selama masih hidup didunia atau sesudah kehidupan ini. Hukuman yang dijalani sesudah kehidupan ( afterlife), tentu lebih jelek. Kesalahan apa saja yang menyebabkan mendapat hukuman sesudah kehidupan ini? Karena manusia itu pada waktu hidup sebagai manusia telah melakukan : fitnah, tindakan yang tidak jujur, menjadi prewangan (yaitu menjadikan raganya dipakai medium oleh makhluk halus dari golongan salah dan jahat), melakukan black magic, guna-guna, santet, pelet, membuat orang lain menderita bahkan sampai mati, pengasihan, pesugihan, memuja berhala/makhluk halus keblinger, membunuh dan melakukan perbuatan nista.

Dunia makhluk halus ex. manusia ini dinamakan dunia ” watu kayu”, mereka tinggal disembarang tempat antara lain di batu-batu dan pohon-pohon.Mereka menjalani hidup tersiksa sesuai dengan kesalahannya dan jika sewaktu menjalani hukuman berbuat salah lagi, hukumannya akan diperberat.

Lalu apa itu penyembahan berhala menurut Kejawen dan adakah “premanisme” diantara makhluk-makhluk halus jahat itu?

---*---- bersambung


JagadKejawen,

Suryo S.Negoro