English (United Kingdom)Indonesian (ID)

Tingkatan Ngelmu dalam Kejawen

Telah diuraikan bahwasanya Kejawen selain berarti Kebatinan/Spiritualitas Jawa,juga mencakup aspek-aspek budaya dan filosofi Jawa seperti :

1.    Tradisi dan Ritual
2.    Tata krama, tata susila
3.    Sikap dan perilaku kehidupan yang dipandu oleh Budi Pekerti
4.    Hal-hal yang dikategorikan sebagai supranatural
5.    Tataran tertinggi adalah Ngelmu Kasampurnan atau Kebatinan atau Spiritualitas.

Seorang tradisional Jawa yang dibesarkan dan dididik secara tradisional ditanah Jawa, sejak kecil mengikuti pola jalan kehidupan yang ditanamkan oleh orang tua , leluhur dan masyarakat untuk selalu berpegang kepada budi pekerti luhur, tata krama, tata susila, hormat kepada orang tua dan pinisepuh dan diatas segalanya selalu mengagungkan Gusti, Sing Gawe Urip lan Nguripi- Tuhan, Yang Membuat Hidup dan Menghidupi.


Ngelmu Kasampurnan

Ngelmu Kasampurnan adalah Kebatinan atau dalam pengertian universal disebut spiritualitas, istilah lainnya: Ngelmu Sejati atau Kasunyatan.Orang yang mempelajari spiritualitas adalah orang dewasa yang telah matang jalan pikirannya. Orang yang masih senang menggeluti kenikmatan yang melulu bersifat keduniawian seperti masih menumpuk harta kekayaan berupa materi, mencari posisi kekuasaan yang memberi kepuasan duniawi, tentu tidak atau belum tertarik kepada spiritualitas atau Ngelmu Kasampurnan.

Seseorang biasanya akan mulai tertarik kepada spiritualitas atau mulai memahaminya bila kehidupannya mulai tenang, sudah imbang, sudah balance pemahaman hidup duniawi dan spiritual.

Manusia sudah berada dalam tingkat kesadaran bahwa hidup didunia ini selain berurusan dengan kehidupan duniawi yang benar dan baik, juga ada kehidupan spiritual yang harus difahami.Apalagi dia tahu benar bahwa hidup didunia ini relatif tidak lama. Sebaiknya dia bersikap bijak dan lalu mulai menapaki kehidupan spiritual yang akan mengantarkannya kemasa mendatang yang terjamin dibawah naungan Gusti, Tuhan Sang Pengatur Kehidupan Sejati.


Tingkatan Ngelmu sebelum Ngelmu Kasampurnan

Orang tradisional Jawa mengetahui, apalagi dimasa lalu, bahwa dimasyarakat dikenal ada orang-orang tua/ dituakan yang disebut Wong Tuwo, Wong Pinter, Priyayi Sepuh atau Guru Kebatinan atau Guru Ngelmu yang memberi tuntunan pelajaran kebatinan kepada murid-muridnya atau anggota paguyubannya. Selain mengajari spiritualitas kepada orang-orang yang berminat, seorang Priyayi Sepuh juga sering dimintai tolong oleh siapapun yang butuh bantuannya dalam berbagai bidang yang pelik dalam kehidupan ini.Pertolongan  itu diberikan dengan ikhlas, tanpa menarik beaya. Inilah beda antara Guru Laku/Priyayi Waskita/Sepuh dengan praktek paranormal atau psychic yang menarik bayaran untuk bantuan yang diberikannya.

Untuk orang Jawa tradisional, sebelum orang  belajar ngelmu yang tertinggi yaitu Kasampurnan atau Kebatinan , ada yang terlebih dahulu mempelajari pengetahuan supranatural yang tingkatannya dibawah Spiritualitas, Ngelmu Kasampurnan, tingkatannya sebagai berikut :

Kanoman

Kanoman dari kata dasar, nom, anom, enom artinya muda. Maka kanoman biasanya diartikan sebagai “ ngelmu muda” untuk anak muda, sedangkan “ngelmu sepuh” untuk orang dewasa.


Pada masa lalu ( termasuk ketika penulis masih remaja disekitar tahun 1955- 1960) ada beberapa remaja Jawa tradisional yang jalan kehidupannya sangat dipengaruhi oleh atau bahkan menyatu dengan lingkungan alam dan sikap dan kebiasaan hidup masyarakat disaat itu yang tertarik untuk ikut menjalani olah/latihan kanoman.

Mayoritas anak muda berpikiran dan berperilaku positif, sikap hidupnya dituntun oleh panduan Budi Pekerti dan sangat percaya kepada kekuasaan tertinggi dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Lingkungan kehidupan dan alam sekitarnya membuat mereka lebih peka terhadap adanya hal-hal yang tidak terlihat tetapi sebenarnya ada, bahwa ada dimensi lain yang dikatakan gaib dalam kehidupan ini.
Suara hati berkata supaya kehidupan didunia ini berjalan baik-baik saja, tidak ada yang suka berbuat jahat kepada pihak lain. Tetapi kenyataannya tidak begitu, dari masa dahulu, watak dan perbuatan jahat sudah ada. Ada orang yang senang menonjolkan diri, memikirkan dirinya sendiri dan berbuat untuk kesenangan dan keuntungan dirinya.

Berbagai macam jenis dan tindak kecurangan, kelicikan, kejahatan yang kentara dan tidak kentara, kriminalitas kecil-kecilan sampai klas kakap pada kenyataannya mewarnai kehidupan didunia ini.

Pada dasarnya, anak muda terpanggil untuk berbuat baik, menegakkan kebenaran. Dari cerita wayang, legenda kuno, dari dulu selalu terjadi pertempuran antara yang baik melawan yang jahat dan pada akhirnya setelah melalui perjuangan panjang yang baiklah yang menang.Untuk mencapai kemenangan haruslah ada usaha yang tekun dan rajin, disertai sikap pantang menyerah untuk antara lain berlatih dan belajar meningkatkan kemampuannya dalam seni bela diri.

Pada jaman kuno, anak-anak muda belajar dengan cara nyantrik di padhepokan, berguru kepada seorang guru yang mumpuni. Diperguruan  ditanamkan pelajaran-pelajaran seperti Budi Pekerti, Pengetahuan Umum, Kanuragan dan hal-hal yang mengarah ke Kebatinan.

Guru yang menentukan tingkat pelajaran dari siswa, berdasarkan pengamatan dan penilaiannya terhadap kemampuan setiap siswa.
Pada prinsipnya guru hanya menerima siswa yang berwatak baik dan sungguh-sungguh punya niat untuk belajar.

Persyaratan yang ditentukan  adalah : Berwatak satria artinya punya rasa tanggung jawab, berani karena benar, jujur, punya rasa welas asih kepada sesama, hormat kepada guru dan sanggup menjunjung nama baik perguruan.

Sambil melakukan pekerjaan praktis setiap harinya untuk menunjang kehidupan di padhepokan seperti : bertani, berkebun, berternak, mengambil air, membersihkan rumah dan halaman; para siswa juga belajar ilmu dan ngelmu sesuai dengan tingkatnya.
Selain tetap diajarkan Budi Pekerti, tata krama, tata susila untuk pergaulan dimasyarakat,diajarkan pula pengetahuan umum dan berbagai ketrampilan untuk bekal menunjang keperluan hidupnya dikelak kemudian hari. Salah satu pelajaran dan pelatihan yang penting adalah olah supranatural yang sesuai dengan klasnya, untuk para muda dilatih dengan kanuragan.

KANURAGAN

Dalam kanuragan yang dilatih, ditatar adalah raga, sehingga orang yang mempelajari dan mempraktekkan kanuragan  menjadi kuat dan bahkan dibilang sakti karena dia menjadi antara lain kuat menerima pukulan, tidak mempan senjata tajam , tembakan peluru dan sebagainya.
Kanuragan biasanya diminati oleh golongan muda, setelah mereka melihat dan mengalami hasilnya yang menakjubkan, mereka menjadi lebih percaya kepada hal-hal yang bersifat supranaturalis.

Untuk orang-orang tertentu kelebihan positif dari kanuragan, membuat mereka ingin mempelajari juga Kebatinan / Spiritualitas.

( Seingat penulis, sejak tahun 1950-an, anak muda yang belajar ngelmu Kanoman termasuk Kanuragan tidak mempelajarinya di Padhepokan seperti jaman kuno,  tetapi cukup belajar dan dilatih oleh seorang guru pada saat-saat tertentu seperti layaknya sekolah atau kursus saja).

Kanuragan selain belajar seni bela diri terutama untuk mempertahankan diri bila diserang, juga untuk berlaga, menyerang lawan.

Selain itu siswa juga mulai diberi ajaran yang berupa mantra atau aji-aji untuk keselamatan, untuk memayungi diri dari segala macam gangguan fisik dan non-fisik.

Semakin dewasa umur seseorang dan juga cara berpikirnya, dia menjadi lebih sabar, lebih mampu mengendalikan diri, maka secara alami dia akan lebih memilih penggunaan mantra-mantra keselamatan atau karahayon dari pada aji-aji kanuragan.

Contoh ekstrim : Seorang petugas keamanan yang masih muda, sangat bangga bahwa peluru yang ditembakkan kepadanya oleh musuh tidak mampu menembus badannya, dia kebal, anti peluru. Dia senang dikagumi oleh rekan-rekannya, ditakuti para penjahat. Sedangkan seorang petugas yang lebih tua, lebih bijak, dia lebih senang bila senjata yang ditembakkan kepadanya, tidak bisa meletus, sehingga dia aman. Petugas lain yang lebih tua akan lebih senang , bila musuh dan penjahat menyingkir darinya.


KADONYAN

Tingkat selanjutnya adalah supaya selamat, makmur, bahagia dalam menjalani kehidupan ini. Pada tingkatan ini biasanya orang telah hidup berkeluarga.Orang Jawa tradisional bilang supaya hidup wajar, cukup sandang, pangan, papan dan tentunya berbagai keperluan lain yang esensial seperti menyekolahkan anak, kesehatan, sekadar tabungan dsb.

Sebagai layaknya orang berumah tangga, punya anak, dia akan berusaha untuk punya pekerjaan atau usaha yang bisa mencukupi dengan baik kebutuhannya bersama keluarga. Untuk itu selain harus punya kemampuan dan ketrampilan, juga diperlukan laku prihatin  dengan permohonan kepada Tuhan dan juga disertai amalan/mantra yang sifatnya Kadonyan – keduniawian untuk menaikkan derajat, pangkat dan semat – kedudukan, kekuasaan dan kekayaan.

Jalan kehidupan aktif bekerja, berkarya,setelah menyelesaikan sekolah dan mulai bekerja dan kemudian berumah tangga, punya anak-anak, lalu mendidik, membesarkan dan mengentaskan anak-anaknya, itu merupakan suatu perjalanan panjang dari kehidupan seseorang didunia ini, berkisar sekitar 25 sampai 30 tahunan. Selama kurun waktu itu, belum tentu segalanya berjalan mulus, kadang-kadang ada gejolak, itulah romantika kehidupan. Keterlibatan orang dalam Kadonyan- kehidupan duniawi menyita banyak waktu, bahkan sebagaian terbesar dari hidupnya dan bahkan ada orang yang terpaksa atau memang sengaja, tidak mau atau tidak mampu keluar dari urusan ini sampai akhir hidupnya didunia fana ini.

Dalam tahapan hidup duniawi ini, orang harus berhati-hati, untuk selalu berpegang kepada jalan yang benar dan baik yang diperkenankan Tuhan, jangan sampai tergoda oleh bujukan nafsu yang menyesatkan.


KASEPUHAN

Menginjak usia yang lebih tua, sepuh, emosi biasanya sudah lebih mudah untuk dikendalikan. Sudah banyak pengalaman hidup baik yang manis, susah sudah dilewati. Ada diantara kita yang berminat mempelajari Ngelmu Kasepuhan. Disebut kasepuhan karena memang biasanya disenangi oleh orang tua-tua atau orang dewasa yang bijak.

Kasepuhan dipelajari untuk menyembuhkan orang sakit, baik sakit fisik, maupun mental, membantu orang yang berada dalam kesulitan, memberikan perlindungan bagi yang perlu keselamatan, untuk membantu kelancaran usaha, pekerjaan dlsb.


NGELMU KASAMPURNAN/ NGELMU SEJATI

Inilah tingkatan ngelmu yang tertinggi dari Kejawen, istilah lainnya adalah Kebatinan,Kasunyatan atau Spiritualitas.
Ngelmu ini menguak kasunyatan atau realias dari kehidupan sejati. Orang bijak yang telah mencapai ngelmu sejati akan melihat kenyataan hidup yang sejati, dimana semuanya telah terbuka sehingga tidak ada lagi rahasia dalam kehidupan ini.

Catatan :

Artikel mengenai Kanoman dan Kanuragan yang lebih detail, bagi yang berminat supaya di-click di Bab. Aneka Ragam, karena Bab ini hanya khusus berisikan hal-hal yang termasuk dalam Spiritualitas.



JagadKejawen,

Suryo S.Negoro