Supaya kehidupan berjalan baik, para pinisepuh telah mewariskan pitutur luhur – petuah luhur supaya kita semua tetap berpegang kepada paugeraning urip – tata cara kehidupan luhur, yang secara tradisi selalu dilaksanakan dan dihormati seluruh warga dengan sadar dan mantap
Petuah dan ajaran warisan leluhur Jawa/Nusantara sengaja disebar kemana-mana, tidak berupa sebuah buku tuntunan. Ini dimaksudkan oleh para pinisepuh, supaya anak cucu termasuk penulis dan anda semua mengerti, bahwa belajar dan mencari ilmu itu perlu usaha yang tekun.
Tidak jemu-jemunya para pinisepuh menebarkan ajaran luhur lewat sloka-sloka, tembang-tembang, babad, cerita tutur, peribahasa dll, supaya anak keturunan dimanapun dan kapanpun selalu ingat untuk menjaga perilaku yang baik dan patut, selalu percaya diri, berpegang teguh kepada Budi Pekerti, tatakrama dan tata susila, tidak sombong, sopan dan bersikap rendah hati – andap asor.
Piweling/ ajaran yang utama adalah : Tansah eling marang Pangeran – Selalu ingat kepada Tuhan, sebab Gusti ora sare – karena Tuhan tidak tidur, artinya : mengetahui segalanya.
Petuah lewat peribahasa
Dalam pergaulan sehari-hari, beberapa peribahasa dibawah ini, kiranya masih relevan dan bermanfaat dan bila diperhatikan dan dilaksanakan yang baik dan dihindari yang jelek, akan membuat suasana kehidupan dimasyarakat enak, rukun dan menyenangkan.
Zaman Edan
Salah satu pitutur klasik yang kondang adalah Zaman Edan , karya agung pujangga Ranggawarsita, sebagai berikut :
Amenangi zaman edan
Mengalami zaman edan/gila
Ewuh aya ing pambudi
Serba sulit menentukan perilaku
Melu edan nora tahan
Mau ikutan berbuat gila, tak sampai hati
Yen tan melu anglakoni
Kalau tak ikutan
Boya keduman milik
Tidak kebagian rejeki ( uang, harta)
Kaliren wekasanipun
Jadinya kelaparan
Dilalah karsa Allah
Sudah menjadi kehendak Tuhan
Begja-begajne kang lali, luwih begja kang eling lan waspada
Seberapapun untung yang didapat oleh orang yang lagi lupa, masih lebih bahagia orang yang sadar dan waspada.
Melecehkan kebenaran
Ada zaman yang menyedihkan bagi orang baik-baik, ketika kebenaran dan orang baik-baik dilecehkan, seperti pada ungkapan ini :
Wong bener thenger-thenger,
Wong salah bungah-bungah,
Wong apik ditampik-tampik.
Artinya :
Orang benar jadi susah,
Orang salah malahan senang hidupnya,
Orang baik tidak diterima bahkan diusir.
Dhandhang diunekake kuntul, kuntul diunekake dhandhang.
Yang jahat dibilang baik, yang baik dikatakan jahat.
Ini merupakan gambaran keadaan yang rancu, dimana nilai-nilai moral kejangkitan penyakit.
Sindiran kepada orang tak bermutu
Ada saja orang tak bermutu dizaman apapun, orang-orang yang berlagak sok pintar.
Contohnya :
Kakehan gludhug kurang udan.
Kebanyakan guntur, hujannya sedikit. Artinya kebanyakan ngomong, yang benar sedikit.
Kegedhen endhas kurang uteg.
Kebesaran kepala, otaknya kurang.
Alihan gung
Lagaknya kaya orang gedean, bodoh merasa pintar.
Merak kecancang
Bergaya anggun bak burung merak.
Malang kadhak
Berjalan gaya kesana kemari seperti itik.
Ini adalah gambaran orang yang mendem drajad, pangkat lan semat.
Orang yang mabuk kekuasaan, kedudukan, pangkat dan kekayaan materi.
Murang kara adalah orang yang berperilaku tidak baik seperti koruptor, manipulator, pemeras,yang menyalah gunakan kedudukan untuk mencari uang yang tidak halal.
Micakake wong melek
Orang yang tidak malu atas perbuatannya yang tidak baik, dia anggap semua orang itu buta, tidak tahu akan perbuatannya yang tercela seperti menggerogoti uang negara, memeras dsb.
Mungal mungil adalah orang yang tak punya pendirian.
Ngalem legine gulo
Memuji manisnya gula. Dengan menyanjung orang kaya/berpangkat mengharapkan diberi sesuatu.
Ngantuk nemu kethuk.
Ini gambaran orang malas, tanpa bekerja dapat rejeki.
Anjabung alus
Menipu dengan cara halus.
Keplok ora tombok
Orang yang mencela orang lain dan tidak membantu.
Ilang jarake, kari jaile
Hilang sudah sifat baik, yang ada hanya iri dan dengki.
Tingkah laku orang-orang dinegeri kacau.
Pada sebuah negeri yang tatanannya lagi kacau, diingatkan : Waspada, ada orang atau kelompok yang tidak terpuji perilakunya, seperti :
Ambondhan tanpo ratu
Tidak menghormati tatanan/peraturan, ulahnya mengacau.
Ngalasake negoro..
Negara dianggap hutan, berbuat seenaknya sendiri.
Mampang mumpung
Berbuat semaunya sendiri.
Alesus gumeter
Sengaja menyebarkan berita yang mengacau.
Sawat ambalang kayu
Dinegeri yang tatanannya baru sakit, ada saja peramal yang senangnya mengeluarkan ramalan-ramalan, meski kebanyakan ramalannya tidak benar.
Setan nggowo ting
Setan yang berkeliaran membawa lentera, artinya ada orang yang berkeliaran kesana kesini untuk menghasut dan berbuat jahat.
Caca upa
Berbuat jahat supaya terjadi permusuhan, lalu menyediakan racunnya – Raja wisuna.
Bahni maya pramana
Melakukan kampanye busuk ( black campaign) sambil mencerca dan memaki lawannya.
Arep jamure, emoh watange
Pemalas, maunya hidup enak ,tetapi tidak mau bekerja keras.
Gecul kumpul
Kumpulan para penjahat.
Hadigang
Munculnya para pemimpin yang merasa kuat.
Hadigung
Merasa besar dan kuasa.
Hadiguna
Merasa pandai.
Sementara itu , banyak anak buahnya, pejabat dibawahnya yang tindakannya tidak punya malu :
Rai gedheg.
Mereka suka memeras kawula yang kebanyakan juga hidup susah, sampai kawula tak punya apa-apa, diibaratkan seperti : Pitik trondhol dibubuti .-Ayam yang bulunya jarang, masih juga dibubuti bulunya hingga plonthos, habis semua bulunya.
JagadKejawen,
Suryo S. Negoro