English (United Kingdom)Indonesian (ID)

Semarang, Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah

 

 

 

 

Pada saat ini, kota Semarang, ibukota Provinsi Jawa Tengah berkembang pesat. Kota modern ini mempunyai peninggalan masa lalu yang indah dan menarik yang terletak disepanjang pantai utara Jawa. Kota ini terdiri dari dua bagian, yaitu sebelah utara berada didataran pantai yang rendah dan dibelahan selatan berupa tanah berbukit Candi dan Jatingaleh.

Semarang adalah kota dagang yang hidup, kantor-kantor, pusat perdagangan dan daerah industri berada didataran rendah, sedangkan disebelah atas merupakan tempat hunian yang nyaman dengan taman-tamannya yang tertata rapih  dengan pemandangan alam yang indah ke kota dan laut.


Kenangan Masa Silam

Hari jadi kota Semarang adalah 5 Mei 1547. Pada saat itu, daerah Semarang berada dibawah Kerajaan Pajang dengan rajanya Sultan Hadiwijaya yang pada masa mudanya terkenal sebagai Jaka Tingkir. Daerah Semarang diperintah oleh Adipati Pandanarang II, yang nantinya menjadi Wali yang terkenal bernama Sunan Bayat ( makamnya ada di Bayat, Klaten, Surakarta).

 

 

 

 

Adipati Pandanarang II adalah putra dari Kyai Ageng Pandanarang I yang sangat dihormati sebagai sesepuh Semarang. Makamnya di Bergota banyak dikunjungi para peziarah.

 

 

 

 

Di Semarang barat ada sebuah klenteng, vihara Sam Po Kong yang dikenal sebagai Gedong Batu. Tempat ibadah ini dibangun untuk mengenang Admiral Muslim Tionghwa Cheng Ho, seorang utusan dari dinasti Ming yang mengunjungi Jawa untuk pertama kali ditahun 1406 dan mendarat ditempat ini.

 

 

 

 

Di kota lama di Jalan Pekojan ada sebuah gang kecil yaitu Gang Lombok dengan banyak restoran Tionghwa berdiri Tay Kak Sie, klenteng terbesar di Semarang. Bangunan utamanya dibuat tahun 1772.

 

 

 

 

Ini merupakan vihara yang indah dimana dibagian interiornya dihiasi banyak ukiran dewa-dewa warna-warni, benda-benda ritual, lampu minyak antik dan hiasan-hiasan kuningan.

Sejak 1705, Semarang berada dibawah VOC dan Belanda. Perdagangan dengan infrastrukturnya mulai berkembang. Banyak pedagang Belanda, Tionghwa dan lokal berdagang dan menetap disini.

 

 

 

 

Pelabuhan Semarang dikembangkan sesuai dengan majunya perdagangan. Beberapa gudang dibangun, demikian juga gedung-gedung perkantoran, gereja dan stasiun kereta api. Ini merupakan peninggalan masa silam yang cukup maju dan juga merupakan bangunan-bangunan “Little Netherland” di Semarang.

 

 

 

 

Gereja Blenduk yang mempesona adalah gereja Kristen tertua di Jawa Tengah yang ditahbiskan pada 1753. Bangunan gereja berakstektur abad 18 dengan kubah megah dan organ antik. Gerja Blenduk masih tetap dipakai sampai saat ini. Disepanjang jalan dekat gereja, masih ada beberapa gedung tua dari masa dulu.

Disebelah utara Gereja Blenduk ada Stasiun Tawang, stasiun kereta api utama Semarang yang juga bergaya bangunan kuno. Kini, Stasiun Tawang untuk penumpang eksekutif dan bisnis, sedangkan Stasiun Poncol untuk kelas ekonomi dan angkutan barang. 

 

 

 

 

Lawang Sewu yang terkenal berdiri ditengah kota dan merupakan peninggalan yang bernilai tinggi dan masih dipertahankan sampai kini.

 

 

 

 

Dari tahun 1942-1945, Semarang diduduki oleh tentara Jepang.

Dari 1946-1949, kaum kolonialis Belanda datang kembali di Semarang. Ini adalah masa penentuan kemerdekaan Indonesia. Terjadilah pergolakan politik dan perjuangan fisik dan perang yang dilancarkan oleh rakyat dan pejuang kemerdekaan melawan penjajah dan antek-anteknya. Salah satu pertempuran besar yang terkenal adalah “Pertempuran Lima Hari Semarang” yang berlangsung dari 15 sampai dengan 20 Oktober 1945 melawan tentara pendudukan Jepang.


Kota Masa Kini

Kota berkembang, banyak bangunan baru didirikan sedangkan bangunan lama yang bernilai sejarah tetap dilestarikan. Di sepanjang Jalan Pemuda yang ramai ditengah kota, ada tempat-tempat yang menarik.


TUGU MUDA

Sebuah monumen berupa tugu dipersembahkan untuk menghormati para pejuang muda dalam “Pertempuran Lima Hari Semarang”.


SIMPANG LIMA

Disekitar tempat ini ada banyak toko dan sinema. Pagi hari merupakan tempat jogging favorite, disore hari banyak orang yang berjalan-jalan dan berbelanja sepanjang jalan.

 

 

 

 

Masjid BAITURRAKHMAN

Bangunan masjid yang indah merupakan perpaduan gaya kuno dan modern.


MUSEUM RONGGOWARSITO

 

 

 

 

Sesuai dengan namanya, museum yang berada di Jalan Abdulrakhman ini menampilkan perkembangan sejarah budaya manusia dan bumi, disamping kilasan sejarah negeri ini.


PURI MAERAKACA

 

 

 

 

Sebuah taman yang indah ditepi pantai yang memamerkan rumah-rumah tradisional dari kabupaten-kabupaten se Jawa Tengah. Setiap pavilun memperkenalkan barang-barang seni kerajinan dari daerahnya masing-masing.


SENI DAN BUDAYA

Disamping dikenal sebagai kota dagang yang hidup, Semarang tetap melestarikan
warisan budayanya. Dulu, kota ini pernah terkenal dengan dua buah grup Wayang Orang, yaitu :

Ngesti Pandowo yang secara teratur pentas digedungnya di Jalan Pemuda ( kini jadi Paragon). Kini Ngesti Pandowo telah pindah ke daerah Pedurungan dan pentas disetiap akhir minggu. Pada masa jayanya, kelompok ini sering mengadakan pentas keliling didaerah-daerah lain di Jawa Tengah dan Timur.

Sri Wanito artinya “ratunya wanita”, seluruh pemain dan anggota grup semuanya wanita. Sayang, kelompok ini tidak eksis lagi, terpinggirkan oleh keadaan yang negatif yang tidak menunjang seni budaya tradisional. Sangat tragis!


Seni Wayang Kulit


Ditahun 1960-1970 an, Semarang punya dalang kondang yaitu Ki Nartosabdo ( almarhum). Beliau seorang dalang mumpuni yang sangat menguasai seni pedalangan dan sekaligus filosofi Jawa yang adiluhung. Itulah yang membuatnya menjadi dalang populer, favorit, yang banyak penggemarnya.

Sekarang ini para dalang muda mendapatkan kesempatan pentas setiap tanggal 17 di Kantor Gubernur dan setiap Jum.at Kliwon di TBRS di Jalan Sriwijaya.

Seperti banyak kota lain di Jawa, di Semarang ada beberapa paguyuban untuk melestarikan budaya tradisional Jawa dan lainnya.  Paguyuban “Permadani” dan “Sri Mardi Astuti” secara teratur mengadakan upacara ritual seperti Ruwatan dan 

memberi  petunjuk untuk pelaksanaan upacara tradisional seperti Perkawinan dll.


FESTIVAL DUGDERAN

Di setiap permulaan bulan Puasa diselenggarakan Festival Dugderan. Diadakan dihalaman depan Masjid Besar didaerah Pasar Johar. Nama “dugderan” berasal dari suara bedug masjid dan bunyi petasan. Diadakan bazaar untuk beberapa hari.


PERAYAAN BUDAYA TIONGHWA

Di Semarang ada banyak warganya yang keturunan Tionghwa. Dalam pergaulan sehari-hari, mereka berbicara bahasa Jawa, tetapi mereka tetap melestarikan budaya leluhur. Di-hari-hari perayaan Tionghwa diadakan upacara yang meriah. Diadakan didepan vihara Sam Po Kong/Gedong Batu dan Tay Kak Sie. Upacara yang menarik berupa prosesi menarik dengan tarian kuda hias dan Naga Liong.


MUSEUM JAMU

Jamu sudah dikenal di negeri ini sejak zaman kuno. Untuk kebanyakan orang, jamu adalah ramuan yang membikin tubuh sehat dan ada jamu untuk menyembuhkan setiap penyakit. Jamu mudah didapat dimanapun. Dulu, jamu dijajakan dengan jalan digendong oleh wanita penjual jamu, oleh karena itu disebut Jamu Gendong.

Kini  jamu sudah ada yang dikemas seperti obat modern dan dijual dihampir setiap warung, toko maupun mall. Ada banyak merk jamu, antara lain Sido Muncul.

Kota Semarang punya 2 museum jamu, yaitu :

Nyonya Meneer di Jalan Raya Kali Gawe

Jamu Jago di Jalan Setia Budi.


TRANSPORTASI

 

 

 

 

Kota Semarang mudah dijangkau. Bandara Ahmad Yani, Pelabuhan Tanjung Mas, Terminal Bis di Terboyo. Stasiun kereta api Tawang dibangun tahun 1870 dan Poncol. Didalam kota pelayanan transportasi dengan taxi, bus, angkot dan becak.


WISATA KULINER

Ada banyak rumah makan dan toko kue yang menawarkan masakan Jawa, Tionghwa, Eropah yang lezat dan juga bermacam  penganan yang enak. Berbagai makanan yang menggoyang lidah bisa didapat dengan mudah di Jalan Pemuda, Pasar Johar, Simpang Lima, Jalan Gajah Mada, Gang Lombok, Jalan A.Yani dll. Semarang terkenal dengan lumpia-nya, juga kue Pia dan Wingko serta Bandeng Presto.

KOPI SEMAWIS, singkatan dari” Komunitas Pecinan Semarang Untuk Pariwisata” berperan aktif mempromosikan wisata  dengan mengadakan Pasar Makanan disetiap akhir minggu di Gang Pinggir.

 

 

 

 

Kota Semarang sepertinya mempersiapkan diri jadi metropolitan. Segala persyaratan untuk tumbuh menjadi kota modern terus dibenahi, baik perkembangan pendidikan dan budaya maupun infrastruktur, industri dan bisnis.

Ada banyak hotel yang bisa menampung tamu, dari hotel kelas” back packers” sampai “bintang lima”. Selamat Datang di Semarang kota ATLAS – Aman, Tertib, Lancar, Asri, Sehat. Bersambung.


JagadKejawen,
Suryo S.Negoro